Jangan Hanya “Googling”, Bacalah Buku Agar Berpikir Lebih Runtut

·

Di zaman serba instan ini, perpustakaan digital dan mesin pencari seperti Google telah menjadi sahabat karib kita. Butuh informasi? Cukup beberapa detik, ribuan data tersaji di hadapan mata. Kemajuan teknologi ini adalah anugerah yang memanjakan kita dengan efisiensi waktu dan tenaga. Namun, di balik kemudahan itu, terselip sebuah pertanyaan penting: adakah sesuatu yang hilang dari cara kita berpikir?

Kekhawatiran ini menjadi topik perbincangan hangat dalam sebuah Pelatihan Manajemen dan Pengelolaan Pustaka Keagamaan beberapa waktu lalu. Di tengah diskusi tentang masa depan perpustakaan, seorang Pustakawan Daerah, Bapak Abdul Maula, mengingatkan kita akan satu keunggulan fundamental dari perpustakaan konvensional yang tak tergantikan.

Buku Melatih Otak Berpikir Sistematis

Menurut Bapak Abdul Maula, aktivitas membaca buku cetak secara inheren melatih otak manusia untuk berpikir secara sistematis dan terstruktur. “Jika kita lihat, sebuah buku memiliki daftar isi yang sangat sistematis. Ia memandu kita bab per bab, dari pengantar, isi, hingga kesimpulan. Ini secara tidak langsung membantu manusia untuk berpikir secara sistematis juga,” terangnya.

Saat membaca buku, kita diajak mengikuti alur pemikiran penulis dari awal hingga akhir. Kita membangun pemahaman secara bertahap, bata demi bata, hingga terbentuk sebuah bangunan pengetahuan yang kokoh. Proses ini menumbuhkan disiplin intelektual, kesabaran, dan kemampuan untuk mencerna informasi secara mendalam.

Jebakan Berpikir Acak di Dunia Maya

Lalu, bagaimana dengan internet? Bapak Abdul Maula melanjutkan, mencari sumber melalui internet justru memiliki kecenderungan membuat kita berpikir secara acak. Pernahkah Anda mengalaminya? Kita membuka satu situs untuk mencari informasi A, lalu melihat tautan menarik dan melompat ke situs B, kemudian tergoda oleh judul lain dan berakhir di situs C.

“Biasanya orang ketika membuka satu situs maka akan membuka situs lain, dengan demikian maka cara berpikir pun akan menjadi acak,” lanjutnya. Tanpa kita sadari, kita hanya “berselancar” di permukaan informasi, tidak pernah benar-benar “menyelam” ke kedalamannya. Pola pikir kita menjadi terfragmentasi, mudah terdistraksi, dan kesulitan untuk fokus pada satu gagasan secara utuh.

Menemukan Keseimbangan

Tentu saja, ini bukan berarti kita harus anti terhadap teknologi. Internet adalah alat yang luar biasa untuk mencari data cepat dan informasi faktual. Namun, untuk membangun fondasi ilmu yang kuat, melatih alur logika, dan menumbuhkan kebijaksanaan, buku tetaplah guru terbaik.

Di Rumah Sejahtera, kami berusaha menanamkan kecintaan pada buku kepada anak-anak kami. Bukan untuk menolak kemajuan zaman, tetapi untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir yang jernih, runtut, dan mendalam. Karena di tengah derasnya arus informasi, kemampuan untuk berpikir secara sistematis adalah pelampung yang akan menjaga mereka agar tidak tenggelam dalam lautan data yang tak bertepi.

Mari, seimbangkan waktu kita. Manfaatkan kecepatan internet, namun jangan pernah tinggalkan kedalaman yang ditawarkan oleh setiap lembar halaman sebuah buku.

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *