Bagi sebuah lembaga pengasuhan, tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada melihat anak-anak asuhnya berhasil membuka gerbang menuju masa depan yang lebih cerah. Momen kebahagiaan itulah yang kami rasakan dengan begitu meluap pada pertengahan tahun 2019.
Alhamdulillah, empat anak asuh kami yang lulus dari jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun itu, seluruhnya berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Sebuah pencapaian 100% yang menjadi buah dari doa, kerja keras, dan dukungan tak henti dari banyak pihak.
Empat Jalan, Satu Almamater Hati
Dengan penuh rasa bangga, kami mengenang kembali empat mutiara lulusan 2019 dan jalan perjuangan baru yang mereka pilih:
- Linda Septiani: Diterima di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melalui jalur SBMPTN Bidikmisi, Prodi Pendidikan Luar Sekolah.
- Hasnani Nur Safira: Melanjutkan studi di AKBID NAD dengan beasiswa yayasan untuk meraih gelar D3 Kebidanan.
- Martini: Memilih Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Fakultas Pertanian, Prodi S1 Agroteknologi.
- Mustriani: Mengikuti jejak rekannya di UMY Fakultas Pertanian, dengan Prodi S1 Agribisnis.
Keberhasilan mereka adalah kebanggaan kami semua. Namun, di tengah euforia itu, sebuah nasihat penting dan penuh kasih sayang disampaikan.
Bekal Terpenting dari Sang Ayah Asuh
Bagi Pengasuh PARS, Bapak Faizuz Sa’bani, beasiswa ini bukanlah garis finis, melainkan garis start untuk sebuah perlombaan yang lebih menantang. Beliau mengumpulkan keempatnya dan memberikan pesan dari hati.
“Saya sangat bangga kepada kalian berempat. Pesan saya, belajarlah dengan lebih semangat dan serius, karena persaingan dan tantangan ke depan akan lebih sulit lagi,” tutur beliau.
Namun, bekal yang beliau tekankan bukanlah sekadar tentang nilai akademis. Beliau membekali mereka dengan nasihat untuk kehidupan:
“Jangan tinggalkan salat lima waktu, salat sunnah yang biasa diamalkan di PARS, dan puasa Senin-Kamis. Jaga sikap dalam pergaulan, dan di manapun berada, tetap tunjukkan akhlakul karimah, karena kalian akan selalu membawa nama PARS. Tetaplah menjadi anak-anak Bapak yang sederhana.“
Ilmu Dapur Sampai Ilmu Pertukangan
Nasihat itu menjadi pengingat bahwa pendidikan di PARS tidak hanya terjadi di ruang kelas. Hal ini diamini oleh salah satu dari mereka, Martini.
“Selama saya di panti, saya mendapatkan banyak ilmu kehidupan yang belum tentu bisa saya dapatkan di tempat lain. Dan ilmu-ilmu itu sekarang dapat saya rasakan manfaatnya. Semua yang Bapak, Ibu, dan pengurus ajarkan sangat berguna ketika kita sudah lulus. Mulai dari ilmu dapur sampai ilmu pertukangan alias bangunan, saya dapatkan di sana,” kenangnya.
Testimoni Martini adalah bukti bahwa kami berusaha membekali anak-anak tidak hanya dengan ijazah, tetapi dengan kecakapan hidup yang sesungguhnya.
Kini, lebih dari enam tahun telah berlalu sejak momen membanggakan itu. Kami yakin, di manapun Linda, Hasnani, Martini, dan Mustriani berada saat ini, bekal nasihat dan “ilmu kehidupan” dari Rumah Sejahtera terus menjadi kompas yang menuntun langkah mereka. Semoga mereka senantiasa menjadi pribadi yang bermanfaat dan menjaga kesederhanaan hatinya.

Tinggalkan Balasan