Di Panti Asuhan Rumah Sejahtera (PARS), kami percaya bahwa tugas kami bukan hanya memberi makan dan tempat bernaung. Amanah terbesar kami adalah membangun kembali apa yang mungkin telah retak atau bahkan hilang dari seorang anak: rasa percaya diri dan keberanian untuk bermimpi.
Kami bertekad, apapun latar belakang seorang anak, di sini ia akan kami biasakan untuk menjadi pribadi yang visioner, memiliki cita-cita setinggi langit, dan ber-akhlakul karimah.
Membongkar Tembok Keraguan
Banyak anak yang datang ke PARS dengan tembok keraguan yang tinggi di dalam benak mereka. Jangankan bermimpi untuk kuliah, membayangkan bisa lulus SMA saja terkadang terasa mustahil. Di sinilah tugas kami dimulai.
“Kami selalu mendorong anak-anak agar mereka tidak hanya berhenti sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) saja, tapi harus lebih tinggi lagi,” terang Pengasuh PARS, Bapak Faizuz Sa’bani, dalam sebuah perbincangan pada tahun 2019. “Allah memberi banyak jalan agar kita bisa meraih cita-cita itu. Intinya, jangan pernah takut bermimpi.”
Kami menanamkan keyakinan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah vonis. Itu adalah titik awal dari sebuah perjuangan yang akan ditemani oleh pertolongan Allah, selama kita mau berusaha. Sebagai motivasi, Bapak Faizuz bahkan membiasakan anak-anak untuk mencatat semua mimpi mereka di secarik kertas, sebagai pengingat dan pemacu semangat untuk meraihnya.
Seni Memahami Puluhan Karakter
Tentu, mengubah pola pikir bukanlah perkara yang mudah. Setiap anak adalah alam semesta yang unik, dengan latar belakang dan luka batin yang berbeda-beda. Pada tahun 2019, kami mengasuh 58 anak. “Artinya, ada 58 karakter yang harus kami pahami,” jelas Bapak Faizuz.
Proses ini membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Melalui pendekatan personal yang terus-menerus, kami mencoba memahami, memberi pengertian, dan memperbaiki apa yang salah. Ini adalah pekerjaan seni yang membutuhkan konsentrasi penuh dan kerja sama dari banyak pihak.
Buah Manis dari Sebuah Perjuangan: Kisah Linda
Apakah metode ini berhasil? Alhamdulillah, Allah menunjukkan buahnya. Salah satu bukti nyata adalah testimoni dari alumni kami, Linda.
“Saya sangat bersyukur telah diberi kesempatan untuk belajar di PARS. Tidak menyangka saya bisa diterima di perguruan tinggi negeri dengan beasiswa,” tuturnya dengan penuh rasa syukur.
Kisah Linda adalah jawaban terindah atas semua ikhtiar kami. Ia menjadi bukti hidup bahwa seorang anak yang dulunya mungkin tak berani menatap masa depan, ternyata bisa berdiri tegak di gerbang perguruan tinggi negeri. Ia menjadi obor harapan bagi adik-adiknya di panti, membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil bagi mereka yang mau berusaha dan percaya.
Mengenang kembali prinsip yang kami pegang teguh sejak dulu ini adalah pengingat bagi kami. Bahwa “santunan” terbaik yang bisa kami berikan kepada anak-anak kami bukanlah materi, melainkan kepercayaan diri dan keberanian untuk menulis takdir mereka sendiri dengan tinta emas.

Tinggalkan Balasan