Ada momen-momen dalam perjalanan Panti Asuhan Rumah Sejahtera (PARS) yang begitu membekas dan menjadi pengingat akan hangatnya kebersamaan. Salah satunya adalah sebuah sore di pertengahan tahun 2014, tepatnya pada tanggal 7 Juni, saat halaman panti kami berubah menjadi lautan manusia yang khusyuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
Kala itu, sekitar 300 jamaah dari berbagai kalangan tumpah ruah, memenuhi setiap sudut halaman PARS. Mereka datang untuk mengikuti pengajian akbar dalam rangka mempersiapkan hati dan jiwa menyongsong Ramadan. Sebuah pemandangan yang hingga kini masih menghangatkan hati kami.
Mempererat Ukhuwah, Menghidupkan Syiar
Acara ini, seperti yang dijelaskan oleh Pengasuh PARS, Bapak Faizuz Sya’bani, memang diperuntukkan bagi seluruh lapisan masyarakat. “Kami mengundang 300 jamaah, baik yang berasal dari jamaah Masjid Al-Huda Kuwon maupun masyarakat sekitar. Harapannya, selain untuk semakin mempererat ukhuwah Islamiyah, juga untuk tetap menghidupkan syiar pengajian di Dusun Kuwon,” tutur beliau saat itu.
Kehadiran jamaah pun begitu beragam, menunjukkan betapa PARS telah menjadi rumah bersama. Tampak hadir perwakilan dari Pondok Pesantren Al Murtadho dan Al Bani, para donatur setia, serta para asatidz yang selama ini turut membimbing kami. Semuanya membaur dalam satu majelis ilmu.
Tausiah Penuh Makna: Bahagia Itu Bersyukur, Korupsi Itu Kufur
Kesejukan sore itu semakin lengkap dengan tausiah yang mencerahkan dari Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Yogyakarta saat itu, dr. Agus Taufikurrahman, M.Kes. Beliau menyampaikan pesan yang begitu relevan dan abadi, menembus lintas zaman.
“Bahagia tidak bisa diukur dari seberapa banyak harta yang kita miliki,” tandas beliau. “Namun, bahagia itu adalah tentang seberapa besar kita bersyukur kepada Allah.”
Sebuah pengingat yang begitu kuat. Beliau melanjutkan bahwa akar dari perilaku korupsi yang merusak bangsa adalah kekufuran; perasaan yang selalu merasa kurang dengan nikmat yang telah Allah berikan. Beliau berpesan agar kita senantiasa mengawali dan mengakhiri setiap aktivitas dengan doa, agar hati senantiasa terhubung dengan-Nya dan terhindar dari sifat kufur nikmat.
Mengenang kembali acara tersebut bukan sekadar membuka album lama. Ini adalah penegasan kembali akan komitmen kami. Bahwa sejak dulu, Rumah Sejahtera tidak hanya hadir untuk anak-anak di dalam panti. Kami ada untuk masyarakat, untuk menjadi pusat kegiatan yang positif, dan untuk bersama-sama merawat spiritualitas umat. Semangat yang sama, yang diwujudkan pula dengan rencana khitanan massal setelahnya, akan terus kami jaga hingga hari ini dan di masa mendatang.

Tinggalkan Balasan