Idul Fitri adalah momen tentang kembali ke fitrah, saling memaafkan, dan merajut kembali tali kasih. Di Panti Asuhan Rumah Sejahtera (PARS), perayaan Idul Fitri tahun 1440 H (Juni 2019) menjadi sebuah kenangan yang teramat istimewa dan mengharukan, diwarnai sebuah tradisi yang mungkin jarang dijumpai di tempat lain.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pada hari kemenangan itu, seluruh anak asuh merayakannya bersama di panti. Setelah menunaikan salat Idul Fitri di tanah lapang, kami semua berkumpul di aula panti untuk menggelar Halal bi Halal. Sebuah momen yang kami kira akan berjalan seperti biasa, namun ternyata menyimpan pelajaran luar biasa tentang kerendahan hati.
Sebuah Tradisi yang Membalik Peran
Dalam tradisi umum, momen Halal bi Halal adalah saat di mana yang muda meminta maaf kepada yang lebih tua. Namun di Rumah Sejahtera, kami membalik peran tersebut. Dengan didampingi para pengasuh, Ketua Panti, Bapak Faizuz Sa’bani, mengambil mikrofon dan menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri.
Lalu, dalam keheningan yang khusyuk, beliau mengucapkan kalimat yang menjadi puncak dari acara hari itu. Sebuah untaian permintaan maaf yang tulus, bukan dari anak kepada pengasuh, melainkan dari pengasuh kepada anak-anak asuhnya.
“Bapak, Ibu, dan seluruh pengurus serta pengasuh mengucapkan Selamat Idul Fitri 1440 H. Taqabbalallahu minna wa minkum, semoga seluruh amal ibadah kita diterima Allah. Tentu, banyak salah dalam mendidik dan mengasuh kalian semua, maka kami minta keikhlasan semua anak-anakku mau memaafkan Bapak, Ibu, dan semua pengasuh.”
Saat Air Mata Menjadi Jawaban
Kalimat-kalimat itu mengalir dengan lembut, namun dampaknya begitu dahsyat. Suasana seketika menjadi hening, dan tak sedikit anak-anak yang mulai meneteskan air mata. Mereka terharu, tersentuh oleh sebuah pengakuan tulus dari orang-orang yang selama ini mereka hormati sebagai guru dan orang tua.
Momen itu mengajarkan sebuah pelajaran yang tak ternilai: bahwa meminta maaf bukanlah tanda kelemahan, melainkan puncak dari kekuatan dan kebesaran jiwa. Bahwa dalam sebuah keluarga, rasa hormat dan kasih sayang harus mengalir ke segala arah, tanpa memandang usia atau status.
Sesaat setelah acara sambutan selesai, pemandangan yang begitu indah pun tercipta. Anak-anak segera berebut untuk menyalami dan memeluk para pengasuh mereka, terutama para “Ibu”. Pelukan-pelukan hangat itu seakan menjadi jawaban atas permintaan maaf yang tulus, mengikat kami semua dalam sebuah ikatan keluarga yang lebih erat dari sebelumnya.
Kenangan Idul Fitri 1440 H itu akan selalu kami simpan sebagai salah satu momen paling berharga. Sebuah hari di mana kami semua, baik pengasuh maupun anak asuh, belajar bersama tentang arti sejati dari Idul Fitri: kembali suci dengan hati yang lapang dan jiwa yang rendah hati.

Tinggalkan Balasan