Jejak Manis di Ladang Tebu: Kisah Awal Pemberdayaan di Rumah Sejahtera

Setiap perjalanan besar selalu dimulai dengan langkah pertama. Bagi kami di Panti Asuhan Rumah Sejahtera, salah satu langkah bersejarah yang menjadi fondasi program kemandirian kami adalah saat kami dipercaya untuk mengelola ladang tebu pada tahun 2012 silam.

Kala itu, melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunungkidul, kami mendapatkan kepercayaan untuk menjalankan program pemerintah yang disebut LM3 (Lembaga Mandiri Mengakar di Masyarakat). Amanah yang diberikan tidak main-main: pengelolaan lahan seluas 2 hektar untuk ditanami tebu.

Mengingat ini adalah pengalaman perdana kami dalam mengelola perkebunan skala besar, semangat dan sedikit rasa gugup menyelimuti kami. Dalam pertemuan teknis di kantor Dinhutbun saat itu, Kepala Dinas, Ir. Hj. Anik, berpesan agar program ini dijalankan sesuai dengan ketentuan yang ada. Tentu, kami pun menyambutnya dengan tangan terbuka dan harapan besar untuk mendapatkan bimbingan penuh agar program ini berhasil.

Dari Cangkul Pertama hingga Tunas Harapan

Program LM3 ini memiliki tujuan mulia. Meskipun disalurkan melalui panti asuhan, ruh dari program ini adalah pemberdayaan masyarakat sekitar. Rumah Sejahtera menjadi jembatan, memastikan manfaatnya dapat dirasakan oleh lebih banyak orang.

Maka, sejak hari pertama, proses ini menjadi saksi nyata semangat gotong royong. Anak-anak asuh kami yang sudah cukup besar turun langsung ke ladang. Mereka tidak sendirian. Bahu-membahu bersama warga sekitar, mereka belajar mengolah tanah, membuat guludan, hingga menanam setiap bibit tebu dengan penuh harap. Tidak ada sekat antara anak panti dan masyarakat, yang ada hanya kerja bersama demi tujuan yang sama.

Momen-momen seperti inilah yang sangat berharga. Anak-anak tidak hanya belajar tentang cara berkebun. Mereka belajar tentang kerja keras di bawah terik matahari, tentang arti penting kerja sama, dan tentang bagaimana merawat amanah yang telah diberikan.

Saat peninjauan lahan dilakukan oleh pihak Dinas pada Desember 2012, kami diingatkan untuk terus memperhatikan tanaman dengan saksama. Proses pembersihan rumput liar dan pemupukan harus dilakukan secara tepat waktu. Sebuah pelajaran berharga tentang disiplin dan ketekunan dalam agrikultur.

Menuai Pelajaran untuk Masa Depan

Pengalaman pertama berkebun tebu ini lebih dari sekadar program. Ia adalah sekolah kehidupan. Meskipun program tersebut adalah kenangan dari masa lalu, pelajaran yang kami petik darinya terus tumbuh subur hingga hari ini.

Semangat untuk memberdayakan, keberanian untuk mencoba hal baru, dan keyakinan bahwa anak-anak kami bisa belajar apa saja, adalah buah termanis dari ladang tebu itu. Pengalaman ini menjadi cikal bakal dari berbagai program kemandirian dan life skills lain yang terus kami kembangkan di Rumah Sejahtera.

Semoga setiap langkah kami, dari dulu hingga sekarang, selalu membawa manfaat dan menjadi ladang amal yang tak pernah putus pahalanya.

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *