Siapa yang berani? Tidak diduga ternyata seluruh anak asuh PA Rumaha Sejahtera mengangkat tangan dengan teriakan keberanian. Mereka pun segera berebut pelampung. Meski sempat ada yang ragu, antara berani dan takut, akhirnya semua mengambil dan memakai pelampung. Kekecewaan terjadi bagi sebagian anak asuh yang pada saat itu sedang datang bulan. Meski sudah memakai pelampung, terpakasa harus menanggalkan pelampungnya dan cukup melihat dari kejauhan. Di Pindhul memang ada larangan penyusuran bagi wanita yang sedang haid.
Riuh awalnya. Ketika mulai memasuki gua yang sangat gelap, dan hanya dibantu dengan senter pemandu, suasana pun jadi senyap. Sembari mendengarkan pemaparan pemandu, mata selalu tertuju kepada arah lampu senter. Perasaan takut jangan-jangan ada binatang, khususnya ular, pun ada. Ada beberapa anak asuh yang menanyakan ada-tidaknya binatang melata tersebut. Gundah, ketika pemandu mengatakan kemungkinan masih ada. Dan seluruh wisatawan dilarang mengganggu hewan yang ada. Apalagi membunuhnya.
Wajah riang mulai kelihatan ketika sinar matahari di luar gua mulai nampak. Hal tersebut sebagai pertanda penyusuran gua Pindhul hampil selesai. Masih tetap bergandeng tangan, oleh pemandu mulai diarahkan ke tempat yang dangkal.
Yes-yes-yes!. Teriak serempak mereka setelah berhasil dari petualangan adu nyali.
(Supriyati, RS 2010)