Ponjong — Menanamkan rasa percaya diri merupakan sebuah kebiasaan yang dilakukan Pengasuh di Panti Asuhan Rumah Sejahtera (PARS). Tidak peduli bagaimana latar belakangnya, mereka dibiasakan untuk mampu menjadi pribadi yang visioner, memiliki cita-cita yang tinggi, dan berakhlakul karimah.
Jika sebelum masuk ke PARS, anak asuh tidak membayangkan akan bisa menempuh pendidikan yang tinggi, namun setelah masuk menjadi anak asuh, mereka dibimbing agar mampu memiliki sebuah harapan untuk dapat sekolah hingga jenjang perguruan tinggi. “Kami selalu mendorong anak-anak agar mereka tidak hanya berhenti sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) saja, tapi harus lebih tinggi lagi. Allah memberi banyak jalan agar kita bisa meraih cita-cita itu. Intinya jangan pernah takut bermimpi. Saya juga membiasakan anak-anak agar mencatat semua mimpi mereka di masa depan, sebagai motivasi untuk selalu meraihnya,” terang Pengasuh PARS, Faizuz Sa’bani.
Ia melanjutkan, ada banyak jalan yang Allah berikan kepada kita, sebagai manusia untuk bisa mencapai tujuan. Hanya kita mau berusaha atau tidak. Tergantung bagaimana sikap kita dalam menghadapi kehidupan ini.
Di PARS, kata Faizuz, anak-anak memilik latar belakang dan masalah yang berbeda-beda. Baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan juga agama. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pola pikir mereka terhadap masa depan. Kuncinya, sering dilakukan pendekatan dan pengertian secara terus menerus, maka mereka akan berubah.
Baginya, merubah pola pikir anak bukan perkara yang mudah, tapi bisa diupayakan. “Anak asuh kami saat ini ada 58. Artinya ada 58 karakter yang harus kami pahami. Jika ada yang salah maka kami perbaiki, sehingga membutuhkan konsentrasi dan kerjasama dari banyak pihak,”tandasnya.
Ada banyak perubahan yang dirasakan oleh anak asuh dan juga orang tua. Di antaranya adalah perubahan pola pikir. “Saya sangat bersyukur telah diberi kesempatan untuk belajar di PARS. Tidak menyangka saya bisa diterima di perguruan tinggi negeri dengan beasiswa,” tutur salah satu alumni PARS, Linda.
